Sabtu, 14 Juli 2012

ALKALOID


Dalam uji Meyer didapatkan adanya endapan di dasar tabung reaksi, namun jumlahnya sangat sedikit. Hal ini diakibatkan dari daun yang kami gunakan jumlahnya sedikit sedangkan pelarutnya ditambahkan dalam jumlah banyak. Hal ini menunjukkan hasil yang positif, endapan yang terbentuk jumlahnya sedikit sehingga mendapat nilai +1 untuk uji Meyer ini. Endapan yang terbentuk tidak jelas warnanya karena jumlahnya yang terlalu sedikit. Pada modul praktikum, uji Meyer menjadi positif apabila terdapatnya endapan kuning muda dibagian dasar tabung, hal itu menunjukkan adanya kandungan senyawa-senyawa  alkaloid yang terdapat dalam daun-daun yang diuji tersebut.

Sebaliknya pada uji Dragendorff, hasil positif jika didapatkan endapan berwarna jingga. Dalam percobaan kami dalam uji Dragendorff didapatkan sedikit endapan di dasar tabung reaksi. Akan tetapi, warna endapan tidak begitu jelas karena jumlahnya yang terlalu sedikit. Sehingga didapat nilai +1 dalam uji dragendorff pada percobaan ini. Hal ini menunjukkan adanya bukti bahwa terdapat senyawa alkaloid di dalam daun tersebut.

Pada percobaan uji KLT didapat tiga buah nilai jarak noda ke batas bawah pelat. Dari ketiga jarak tadi didapatkan tiga buah nilai Rf yaitu 0,775 - 0,475 - 0,225. Dari hasil uji KLT didapatkan bahwa ada 3 buah senyawa yang mempunyai 3 jenis kepolaran yang berbeda. Senyawa dengan Rf  0,775 mempunyai sifat non polar, sehingga senyawa tersebut ikut terbawa oleh eluen kloroform yang bersifat non polar. Sedangkan untuk senyawa dengan Rf  0,475 mempunyai sifat agak polar, sehingga jarak noda jauh dari batas atas pelat KLT. Untuk senyawa ketiga mempunyai sifat polar, hal ini dikarenakan senyawa ketiga tertahan dengan pelat KLT yang mempunyai sifat polar. Hal ini mengakibatkan senyawa hanya mempunyai Rf yang nilainya kecil.

Pada saat ekstraksi alkaloid dari daun jambu digunakan asam sulfat, hal ini bertujuan untuk memisahkan antara senyawa alkaloid basa dengan senyawa organik lainnya berdasarkan sifat alkaloid. Alkaloid bersifat basa dengan adanya gugus nitrogen yang mempunyai 2 elektron bebas. Sehingga kalau ditambahkan suatu asam, dalam percobaan ini adalah asam sulfat, maka akan terjadi reaksi antara alkaloid basa dan asam sulfat dengan membentuk garam dan produk sekunder berupa air. Sehingga didapatkan dua fasa dalam tabung reaksi, yaitu fasa polar dengan fasa non polar. Fasa polarnya adalah air dan fasa non polarnya merupaka larutan kloroform. Dalam percobaan ini yang diambil adalah lapisan air karena dalam air itu terlarut garam hasil reaksi antara senyawa alkaloid basa dengan asam sulfat.

Alkaloid mempunyai dua jenis, yaitu alkaloid asam dan alkaloid basa. Alkaloid yang terlarut dalam air pada tabung reaksi disebut alkaloid basa, karena mampu bereaksi dengan suatu asam membentuk suatu garam yang selanjutnya larut dalam air. Untuk alkaloid basa, nantinya akan diuji dengan uji Meyer dan Dragendorff. Sedangkan alkaloid asam tidak bereaksi dengan asam sehingga alkaloid ini masih terlarut dalam fase non polar, yang selanjutnya diuji dengan uji pelat KLT.

Senyawa alkaloid mempunyai kemampuan untuk bereaksi dalam uji Meyer dan Dragendorff, hal itu dikarenakan  dalam senyawa alkaloid terdapat gugus nitrogen yang masih memiliki satu pasang elektron bebas yang menyebabkan senyawa-senyawa alkaloid  bersifat nukleofilik dan cenderung bersifat basa. Akibat dari hal itu, senyawa-senyawa alkaloid mampu untuk mengikat ion-ion logam berat yang bermuatan positif dan membentuk senyawa-senyawa kompleks tertentu yang berwarna. Reagen Meyer dan Dragendorff dibuat dari senyawa yang mengandung ion-ion logam berat.

Reaksi antara reagen Meyer atau Dragendorff dengan suatu senyawa alkaloid merupakan reaksi asam-basa. Logam-logam berat dalam reaksi ini berfungsi sebagai asam lewis, sedangkan senyawa alkaloid bertindak sebagai basa lewis. Logam-logam berat dikatakan asam lewis karena mempunyai sifat untuk menerima elektron dari suatu basa lewis. Alkaloid bertindak sebagai basa karena mempunyai 2 buah elektron yang belum berikatan sehingga mempunyai kemampuan untuk mendonorkan pasangan elektronnya.



Kolom Ilmu Pengetahuan

Jambu Batu / Biji

Kami menggunakan daun jambu batu / biji dalam uji KLT, Uji Meyer dan uji Dragendorf. Jambu batu (Guava, psidium guajava linn) sendiri  berasal dari Amerika Tengah. Jambu batu dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Jambu ini umumnya ditanam di pekarangan dan di ladang-ladang.

Diantara berbagai jenis buah, jambu biji mengandung vitamin C yang paling tinggi dan cukup mengandung vitamin A. Dibanding buah-buahan lainnya seperti jeruk manis yang mempunyai  kandungan vitamin C 49 mg/100 gram bahan, kandungan vitamin C  jambu biji 2 kali lipat. Vitamin C ini sangat baik sebagai zat  antioksidan. Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya menjelang matang.  Selain penyedia vitamin C terbanyak, jambu biji juga mengandung banyak serat, khususnya pectin (serat larut air), yang dapat digunakan untuk bahan pembuat gel atau jeli. Manfaat pectin lainnya adalah untuk menurunkan kolesterol yaitu mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh dan membantu pengeluarannya.

Kandungan gizi  dalam 100 gram jambu biji diberikan pada tabel berikut ini:
Kandungan
Jumlah
Kandungan
Jumlah
Energi
49,00 kal
Vitamin A
25  SI
Protein
0,90 gr
Vitamin B1
0,05 mg
Lemak
0,30 gr
Vitamin B2
0,04 mg
Karbohidrat
12,20 gr
Vitamin C
87,00 mg
Kalsium
14,00 mg
Niacin
1,10 mg
Fosfor
28,00 mg
Serat
5,60 gr
Besi
1,10 mg
Air
86 gram


Bagian yg dapat dimakan
82 %
Sumber:
1.Dra. Emma S. Wirakusumah, MSc ( Buah dan sayur untuk terapi)
2. Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996

Jambu biji juga mengandung tannin, yang menimbulkan rasa sepat pada buah tetapi juga berfungsi memperlancar sistem pencernaan, sirkulasi darah, dan berguna untuk menyerang virus. 

Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan cairan pada jaringan dan sel tubuh  serta menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah, serta menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi).

Dalam jambu biji juga ditemukan likopen yaitu zat nirgizi potensial lain selain serat. Likopen adalah karatenoid (pigmen penting dalam tanaman) yang terdapat dalam darah (0,5 mol per liter darah) serta memiliki aktivitas anti oksidan. Selain itu, jambu biji juga berkhasiat anti radang, anti diare dan menghentikan pendarahan, misalnya pada penderita demam berdarah dengue (DHF).

0 komentar:

Posting Komentar