Tampilkan postingan dengan label Praktikum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Praktikum. Tampilkan semua postingan

Jumat, 21 September 2012

Aku bukan anak Biologi?

Aku baru merasakan sebagai anak biologi itu kemarin pas hari kamis lalu. Entahlah, aku selama kuliah dua tahun di ITB belum pernah 'merasa' bahwa aku anak Biologi. Padahal aku anak Sekolah Ilmu Teknologi Hayati (SITH).

Selama dua tahun sepertinya memang hanya belajar pelajaran Engineeringnya, karena memang aku jurusan Bioengineering. Kata 'Bio'nya seakan ketinggalan gitu. Selama ini hanya merasa belajar fisika, kimia, matematika saja. Pelajaran Biologinya kurang ngena.

Aku baru merasakan sebagai anak Biologi tuh ketika kemarin pas praktikum kultur invitro. Walau ga se-wah anak-anak jurusan Biologi, tapi yang aku rasakan tuh kerasa banget aroma biologinya.

Mungkin inilah yang disebuh mahasiswa teknik, semua yang dibahas adalah aliran energi, hukum termodinamika, neraca massa, kekekalan massa. Apalagi semester ini mempelajari pelajaran Ekonomi teknik. Jiah, anak IPA belajar ekonomi, mumet dah. Membahas tentang bunga lagi, the Value of money juga tuh. Apalagi mempelajari bunga berbunga, seperti bank aja. tapi semoga ga dosa karena belajar tentang 'riba' (kata temen-temen sih). Semoga yang aku dapatin adalah ilmunya bukan ribanya.

Kembali ke pembahasan awal, awalnya saat kuliah kultur invitro kami dibagi perkelompok. entah kenapa gara-gara duduk di depan, ga dapet kelompok dah. baru hari ini aku merasakan bahwa orang yang duduk di depan diabaikan. Padahal dimana-mana yang diurus itu yang paling depan, malah yang duduk di bangku depan malah dilupakan, parah deh. hoho......

kami dibagi menjadi tiga sift, aku mendapat sift diskusi. Seperti kebiasaan, menjadi pendengar setia deh. Jangan ditanya.

habis diskusi inilah, aku baru merasakan benar-benar menjadi anak biologi. lebay. Karena inilah pertama kali praktikum biologi, sebelumnya cuma merasakan panasnya materi dari buku tebel-tebel. Apalagi temen-temen dari mikro dan biologi, setiap minggunya praktikum biologi sebanyak 3-5 kali. Sedangkan anak-anak Bioengineering belum pernah praktikum yang berbasis pelajaran biologi, itulah mengapa aku belum merasakan bahwa aku anak biologi. Apalagi anak Biologi sama Mikrobiologi kalau sudah berkutat dengan laporan selalu seperti lupa segalanya. Aku hanya geleng-geleng ketika mereka mengerjakan jurnal dan laporang yang bertumpuk tumpuk. Hingga tidurnya hanya tiga jam dalam sehari. Apalagi statusnya yang menandakan betapa beratnya kehidupan menjadi anak biologi dan mikrobiologi. Sedangkan bioengineering Praktikumnya pun hanya praktikum Kimia Organik dan Biokimia yang dasarnya adalah pelajaran kimia. Lebih kerasa tekniknya.....

Yang paling mendebarkan yaitu saat akan meng subkultur dari kultur yang masih steril. kami diharuskan untuk menanam kultur dalam media agar yang jumlahnya tiga botol. Yang paling susah itu agar kulturnya tidak terKONTAminasi. Soalnya nilai praktikum ditentukan oleh ketiga botol itu. Kalau ketiganya terKONTAminasi, maka dapat disimpulkan bakal dapet nilai 0, ataupun lebih bagus dikitan dari 0. naudzubillah deh. Semoga ketiganya harus steril. Apalagi kami kerjanya di ruang steril, kalau ga steril kulturnya dapat dipastikan bahwa kami ceroboh. Bismillah semoga ga samapai KONTA..........

Status adik2 biologi n mikro... (Punten ya aing pos di blok ie)

"fix 3 laporan 1 buku bung..." (sabar yak)
"haruskah mengulang??? nulisnya???" (Hadeuh, ngulang menulis laporan yah. Katanya ndak boleh pake tipe-X. kalau salah harus bikin laporan dari awal.... lieur euy)

"di sini, tertidur adalah suatu kesalahan besar!!" (mengenaskan deh ini mah)

"And I'm getting a lot of Drosophilas,.
They're just looking so pretty LOL. I got three bottles of them though. (I meant I got three medium bottles to nurture & grow them). Just can't barely wait to see their eggs and even their larvas >.< LOLOL" (hahahaha....)
"Kenangan tugas Bisismik tahun lalu. :-) Tiga jenis mikroba favorit saya. (Saking cintanya sama mikroba #peace)

Kalau sedang sibuk-sibuknya, mereka pasti kencan di malam mingguan bersama jurnal. tidakkkk.....

Ini kerjaan mereka...
Sumber : https://fbcdn-sphotos-b-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/384238_3165766241370_1299357620_n.jpg


Sumber : https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-ash4/223866_2384234581663_1893390047_n.jpg

Mungkin karena kurikulumnya dirancang untuk meumbuhkan pondasi ke-engineeringnya dulu, jadi pelajaran biologinya belum kerasa.

Dan alhamdulillah, aku baru merasa menjadi anak Biologi pada hari kamis yang lalu :').

Alhamdulillah deh,

@SENENG SUSAH DI SITH ITB

Jumat, 13 Juli 2012

ALDEHID DAN KETON


            Aldehid dan keton merupakan suatu senyawa organik dengan gugus fungsional karbonil, C=O. Atom karbon pada gugus fungsi karbonil ini masih memiliki sisa dua tangan untuk berikatan dengan atom lain. Apabila salah satu tangan mengikat atom hidrogen, maka gugus fungsi senyawa tersebut adalah aldehid. Sedangkan bila kedua tangannya tidak ada yang mengikat atom hidrogen, maka senyawa tersebut adalah keton. Dalam penamaan IUPAC, senyawa yang termasuk keton akan memiliki akhiran –one dan untuk senyawa aldehid akan memiliki akhiran –al. Dalam percobaan kali ini, dilakukan empat macam uji untuk aldehid dan keton yaitu uji asam kromat, uji iodoform, uji 2,4,DNP,  dan uji tollens.
            Dalam uji asam kromat, prinsip percobaan yang dilakukan adalah menambahkan asam kromat yang akan menyebabkan aldehid teroksidasi menjadi asam karboksilat. Sedangkan pada keton, tidak akan terjadi reaksi oksidasi. 
            Dalam pengujian asam kromat, aldehid akan berubah menjadi warna hijau sedangkan keton akan berubah menjadi warna kekuningan. Dalam percobaan kali ini, ada beberapa hasil yang tidak sesuai dengan literatur dan tidak dapat dilihat bahwa semua senyawa yang bernama aldehid bereaksi menjadi warna kehijauan dan senyawa yang bernama keton menjadi warna kekuningan.

Pada pengujian asetaldehid dengan asam kromat, yang pada awalnya asetaldehid berwarna bening setelah direaksikan dengan asam kromat menghasilkan warna biru kehijau-hijauan. Hal ini menandakan bahwa dari reaksi antara asetaldehid bereaksi dengan asam kromat membentuk keton. Percobaan ini sesuai dengan literatur yang telah kami dapatkan.
Pada pengujian benzaldehid dengan asam kromat  yang pada awalnya reaktan berwarna bening dan kuning, setelah direaksikan dengan asam kromat menghasilkan warna jingga. Hal ini menandakan bahwa dari reaksi antara benzaldehid dengan asam kromat tidak membentuk keton. Percobaan ini tidak sesuai dengan literatur yang telah kami dapatkan. Hal ini mungkin disebabkan kondisi senyawa yang direaksikan kurang bagus sehingga percobaan tidak sesuai dengan literatur, ataupun senyawa yang kami gunakan kehilangan sifat aslinya karena suhu lingkungan tidak mendukung selama disimpan dalam ruang penyimpanan.
Pada pengujian pentanon dengan asam kromat, pada awalnya pentanon berwarna bening setelah direaksikan dengan asam kromat menghasilkan warna jingga. Hal ini menandakan bahwa pentanon dapat bereaksi dengan asam kromat . Percobaan ini sesuai dengan literatur yang telah kami dapatkan yakni perubahan warna dari produk menjadi jingga dari asalnya berwarna bening.
Untuk Larutan B, kami mendapatkan bahwa larutan B awalnya berwarna bening. Dan setelah bereaksi dengan asam kromat berubah warna menjadi biru kehijau-hijauan. Hal ini menandakan bahwa larutan B merupakan senyawa jenis aldehid. Hal ini seperti yang dijelaskan pada literatur yang sudah didapatkan.
            Dalam uji tollens, prinsip percobaan yang dilakukan adalah penambahan ion Ag+ dari Ag(OH)2. Pada aldehid, akan terjadi reaksi yang menyebabkan ikatan atom karbon yang mengikat atom =O dan –H akan mengikat atom O sehingga senyawa Ag(OH)2 akan menjadi Ag yang akan menghasilkan endapan cermin perak. Pada keton reaksi tersebut tidak dapat terjadi karena atom karbon pada keton keduanya tangannya mengikat atom selain H. Dalam percobaan yang dilakukan, penambahan cermin perak memberikan hasil positif untuk semua senyawa yang dinamai aldehid dan  negatif untuk yang dinamai keton. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
  Dalam percobaan yang kami lakukan, asetaldehid dan benzaldehid memberikan reaksi positif dalam pengujian dengan Tollens. Dan untuk pentanon, tidak terjadi reaksi apapun. Hal ini sesuai literatur yang kami dapatkan.
Untuk larutan B, dari uji Tollens menghasilkan hasil uji positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa larutan B merupakan senyawa aldehid. Sehingga uji Tollens yang kedua ini menguatkan pada uji asam karbonat yang sebelumnya, bahwa senyawa B merupakan suatu senyawa aldehid. 
Dalam pengujian DNP, prinsip percobaan yang dilakukan adalah terjadinya reaksi adisi dan eliminasi pada ikatan rangkap =O pada gugus karbonil. Reaksi ini tidak dilakukan dalam senyawa tersebut. Gugus =O akan disubstitusi oleh  gugus =N-R dari DNP.
Pada uji dengan DNP, asetaldehid maupun benzaldehid tidak terbentuk dua fasa seperti yang ada di literatur. Warna yang dihasilkan dari uji DNP merupakan perpaduan antara bening dan jingga kecoklat-coklatan, sehingga hasil akhir larutan berwarna jingga.
Untuk benzaldehid dan dan aseton menghasilkan warna yang sama juga, yaitu berwarna jingga. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang telah didapatkan.
Hal yang berbeda didapat saat uji DNP dalam larutan B. Hasil yang didapatkan berwarna kuning, didapat antara pereaksi bening dan pereaksi berwarna jingga.

Dalam pengujian larutan B dengan asam kromat didapati hasil bahwa larutan larutan B mirip dengan percobaan yang sama yang dilakukan dengan senyawa aldehid. Pada pengujian Tollens, larutan B memberikan reaksi yang mirip dengan senyawa aldehid lain.  Hal ini menguatkan bahwa senyawa B merupakan suatu senyawa aldehid. Pada uji 2,4-dinitrofenilhidrazin terjadi kegagalan dan tidak sesuai dengan literatur, hal ini dapat disebabkan karena terlalu lamanya reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin disimpan pada ruangan terbuka, sehingga sifat aslinya lama kelamaan menghilang. Sehingga, pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin tidak maksimal untuk menguji aldehid dan keton saat praktikum. Sedangkan pada uji tollens, kemungkinan besar senyawa asetaldehid juga telah hilang sifat aslinya karena penyimpanan pada ruangan terbuka dan suhu kamar yang terlalu lama.

Lampiran
Ø  Asam kromat
Physical state and appearance: Liquid.
Odor: Not available.
Taste: Not available.
Molecular Weight: Not applicable.p. 4
Color: Clear Red.
pH (1% soln/water): Acidic.
Boiling Point: The lowest known value is 100°C (212°F) (Water).
Melting Point: Not available.
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: Weighted average: 1.07 (Water = 1)
Vapor Pressure: The highest known value is 2.3 kPa (@ 20°C) (Water).
Vapor Density: The highest known value is 0.62 (Air = 1) (Water).
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not available.
Water/Oil Dist. Coeff.: Not available.
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: See solubility in water, diethyl ether.
Solubility: Easily soluble in cold water, hot water. Soluble in diethyl ether.

Ø  NaOH
Physical state and appearance: Solid.
Odor: Odorless.
Taste: Not available.
Molecular Weight: 40 g/mole
Color: White.
pH (1% soln/water): 13.5 [Basic.]p. 4
Boiling Point: 1388°C (2530.4°F)
Melting Point: 323°C (613.4°F)
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: 2.13 (Water = 1)
Vapor Pressure: Not applicable.
Vapor Density: Not available.
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not available.
Water/Oil Dist. Coeff.: Not available.
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: See solubility in water.
Solubility: Easily soluble in cold water.

Ø  Amoniak
Physical and Chemical Properties
Physical state (gas, liquid, solid) :  Gas
Vapor pressure at 70 F :  94 psia
Vapor density at 60 F (Air = 1) :  0.62
Evaporation point :  Not Available
Boiling point :  -28  F
Freezing point :  107.9 F
pH :  Not Available
Specific gravity :  Not Available
Oil/water partition coefficient :  Not Available
Solubility (H20) :  Very soluble
Odor threshold :  Not Available
Odor and appearance :  A colorless gas with a pungent odor.

Ø  Asam nitrat
Physical and Chemical Properties
Physical State: Liquid
Appearance: clear to yellow
Odour: strong odour – acrid odour
pH: 1.0 (0.1 M solution)
Vapour Pressure: PARTIAL PRESSURE: 70% (w/w): 0.37-0.4  kPa (2.78-3 mm Hg) at 20 C (3,14); 0.547 kPa (4.1 mm Hg) at 25 C
Vapour Density: 2.17 (air = 1) (calculated).
Evaporation Rate: No information available.
Viscosity: No information available.
Boiling Point: 68% (w/w): 120.5 C (248.9 F)
Freezing/Melting Point: 70% (w/w): -41 C (-42 F)
Decomposition Temperature: No information available.
Solubility: Soluble in all proportions.
Specific Gravity/Density: 68% (w/w): 1.41 g/cm3, 70% (w/w): 1.42 g/cm3
Molecular Formula: HNO3
Molecular Weight: 63.0119

Ø  Iodin
Physical state and appearance: Solid.
Odor: Sharp Characteristic. (Strong.)
Taste: Not available.
Molecular Weight: 253.81 g/mole
Color: Purple solid with metalic luster. (Dark.)
pH (1% soln/water): Not available.
Boiling Point: 184.4°C (363.9°F)
Melting Point: 113.7°C (236.7°F)
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: 4.93 (Water = 1)
Vapor Pressure: Not applicable.p. 4
Vapor Density: Not available.
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not availabe
Water/Oil Dist. Coeff.: The product is more soluble in oil; log(oil/water) = 2.5
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: See solubility in water, methanol, diethyl ether.
Solubility: Easily soluble in diethyl ether. Soluble in methanol. Very slightly soluble in cold water, hot water.

Kamis, 12 Juli 2012

ALKOHOL DAN FENOL




Alkohol dan fenol merupakan sebuah jenis gugus fungsi hidrokarbon. Alkohol merupakan gugus –OH yang terikat pada atom karbon. Apabila karbon yang mengikat gugus –OH berada dalam bentuk aromatik siklik maka alkohol tersebut akan menjadi gugus fenol. Jenis alkohol dibagi menjadi 3 yaitu alkohol primer (1o), alkohol sekunder (2o), dan alkohol tersier (3o).

Alkohol primer merupakan alkohol dengan gugus –OH yang terikat dengan atom karbon yang mengikat satu karbon lainnya. Alkohol sekunder merupakan alkohol dengan gugus –OH yang terikat dengan atom karbon yang mengikat dua karbon lainnya. Alkohol tersier merupakan alkohol dengan gugus –OH yang terikat dengan atom karbon yang mengikat tiga karbon lainnya.

Etanol adalah senyawa dengan panjang karbon dua dan memiliki satu gugus fungsi –OH. Sikloheksanol adalah senyawa dengan gugus fungsi –OH yang mengikat pada senyawa siklik tetapi bukan aromatik.

Senyawa alkohol dan fenol dapat dibedakan menggunakan uji lucas, uji FeCl3, uji alkali, uji asam kromat, uji kelarutan, dan uji pH.  Uji lucas merupakan pengujian menggunakan larutan HCl.

Uji kelarutan dalam air dilakukan pada semua sampel alkohol dan fenol. Pada uji kelarutan dalam air, semua jenis alkohol larut dalam air, kecuali fenol. Alkohol seperti metanol dan etanol, dengan rantai C yang pendek, bersifat polar, sehingga dapat dengan mudah larut dalam air yang merupakan pelarut yang bersifat polar. Sedangkan alkohol yang memiliki rantai C yang panjang lebih bersifat nonpolar, begitupun dengan fenol, sehingga seharusnya lebih sukar larut dalam air. Sedangkan yang didapat dari hasil uji kelarutan semua sampel dalam air, semua alkohol mudah larut dalam air.

Prinsip pengujian lucas menurut literatur menggunakan prinsip alkohol primer, sekunder dan tersier. Pada alkohol primer, uji lucas tidak menghasilkan reaksi apapun. Sedangkan pada alkohol sekunder, uji lucas menghasilkan reaksi namun kecepatan reaksinya sangat lambat dan membutuhkan pemanasan untuk meningkatkan terjadinya reaksi antara keduanya. Pada pengujian alkohol tersier, uji lucas menghasilkan reaksi yang cukup cepat. Pada uji lucas, reaksi dapat dipercepat dengan pemanasan, terutama untuk alkohol sekunder. Tanda terjadinya reaksi pada uji lucas adalah terbentuknya butiran atau larutan menjadi keruh. Pada uji fenol, uji lukas bernilai positif karena pada fenol gugus –OH menempel pada atom C tersier.

Pada pengujian alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol menghasilkan pengujian yang sama dengan yang ada dalam literatur. Alkohol primer tidak bereaksi saat pengujian lucas, sedangkan alkohol sekunder membutuhkan pemanasan terlebih dahulu agar reaksi berlangsung cepat. Untuk alkohol tersier dan fenol menghasilkan hasil yang sesuai dengan literatur yakni keduanya dapat bereaksi secara cepat tanpa membutuhkan pemanasan terlebih dahulu karena gugus –OH menempel pada atom C tersier.
Sedangkan untuk larutan C menghasilkan pengujian positif saat uji lucas dan membutuhkan pemanasan dalam reaksinya, sehingga dapat dikatakan larutan C mirip dengan alkohol sekunder, akan tetapi tidak menutup kemungkinan larutan C merupakan alkohol tersier. Pada percobaan berikutnya menguatkan bahwa larutan C merupakan alkohol tersier. Hal ini dikarenakan suhu pada saat percobaan tidak sesuai dengan keadaan standar percobaan sebenarnya. Suhu terlalu rendah sehingga membutuhkan pemanasan terlebih dahulu agar reaksi berlangsung relatif cepat.

Dalam uji asam kromat menurut literatur yang didapatkan, prinsip percobaannya adalah penambahan senyawa asam kromat yang akan bereaksi dengan alkohol primer dan sekunder. Alkohol tersier tidak dapat bereaksi dengan asam kromat. Alkohol primer akan menjadi asam karboksilat dan berwarna kehijauan sedangkan alkohol sekunder akan bereaksi menjadi keton yang berwarna keoranyean. Sedangkan untuk alkohol tersier tidak terjadi reaksi. Untuk fenol, fenol akan bereaksi menjadi tar berwarna kehitaman.

Pada pengujian asam kromat terhadap alkohol primer, sekunder, tersier dan fenol menghasilkan hasil uji yang sesuai dengan literatur yang telah didapat. Alkohol primer dan alkohol sekunder menghasilkan reaksi yang positif. Sedangkan untuk alkohol tersier tidak bereaksi dalam pengujian kali ini. Sedngkan untuk fenol menghasilkan hasil uji yang positif terhadap asam kromat.

 Pada uji larutan C menunjukkan hasil negatif terhadap uji asam kromat, sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan C merupakan alkohol tersier sehingga tidak terjadi reaksi atau perubahan apapun. Hasil percobaan uji asam kromat ini agak berbeda dengan uji pada lucas. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pereaksi yang sudah terlalu lama dibuat sehingga tidak bereaksi seperti seharusnya lagi. Selain itu, pemanas yang digunakan sudah tidak akurat lagi dalam suhunya sehingga suhu yang digunakan ada kemungkinan terlalu tinggi dan merusak pereaksinya.

Dalam uji alkali, prinsip percobaannya adalah menggunakan logam alkali. Pada uji ini akan bernilai positif jika alkohol dan fenol bereaksi menghasilkan gas H2. Pada pengujian pada alkohol primer menghasilkan banyak gelembung gas H2 sehingga pada pengujian ini sesuai dengan literatur. Sedangkan untuk alkohol sekunder dan alkohol tersier menghasilkan gelembung relatif sedikit dibandingkan yang terjadi pada alkohol primer. Untuk pengujian fenol dengan logam alkali menghasilkan banyak gelembung gas yang menandakan bahwa dalam uji fenol kali ini sesuai apa yang ada dalam literatur. Sifat kimia fenol akan menyebabkan gugus –OH terdeprotonasi. Hal ini tidak akan terjadi pada alcohol sekunder dan alkohol tersier. 
Dalam percobaan pengujian terhadap Larutan C menghasilkan sedikit gelembung gas H2 dari uji logam alkali ini. Sedangkan alkohol primer menghsilkan banyak gelembung gas H2, untuk alkohol sekunder dan tersier menghasilkan sedikit gelembung gas H2, sedangkan untuk fenol menghasilkan gelembung dalam jumlah yang banyak.

Dalam percobaan uji alkali didapat suatu kesimpulan bahwa larutan C merupakan alkohol tersier dengan mempertimbangkan pada uji-uji percobaan sebelumnya.

Uji selanjutnya dari senyawa C menggunakan larutan NaOH. Prinsip percobaan kali ini yaitu menggunakan prinsip kelarutan dalam larutan NaOH. Apabila dalam percobaan menghasilkan satu fasa, maka larutan uji tersebut larut dalam larutan NaOH. Sedangkan apabila terjadi dua fasa dalam tabung reaksi maka dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut tidak larut dalam larutan NaOH yang bersifat polar.

Dalam uji NaOH, alkohol primer dan larutan NaOH membentuk 1 fasa sehingga dapat disimpulkan bahwa alkohol primer larut dalam larutan NaOH. Pada pengujian terhadap alkohol sekunder dan alkohol tersier terbentuk dua fasa dikarenakan keduanya tidak larut dalam larutan NaOH. Hal ini mengindikasikan bahwa alkohol sekunder dan tersier termasuk senyawa yang nonpolar walaupun memiliki gugus –OH dalam strukturnya.

Pada uji terhadap senyawa Fenol, campuran fenol dan larutan NaOH membentuk satu fasa sehingga dapat disimpulkan bahwa fenol larut dalam larutan NaOH. Hal ini disebabkan karena fenol mempunyai cincin aromatik yang relatif stabil sehingga fenol mempunyai sifat polar yang mampu larut dalam larutan NaOH dengan melepaskan satu protonnya untuk menjadi suatu anion yang larut dalam larutan NaOH.

Untuk larutan C dalam uji alkali ini menghasilkan larutan dengan komposisi 2 fasa. Hal ini dikarenakan sifat larutan yang tidak larut dalam NaOH sehingga terbentuk 2 fasa. Sesuai pengujian-pengujian sebelumnya, larutan C merupakan alkohol tersier yang tidak larut dalam larutan NaOH.

Dalam uji FeCl3, prinsip percobaannya adalah fokus dalam senyawa aromatik. Apabila terdapat gugus aromatik dalam larutan yang diuji, maka larutan tersebut akan bereaksi. Dalam percobaan kali ini, hanya fenol yang mengandung gugus aromatik sehingga hanya fenol yang bereaksi membentuk larutan berwarna hitam. Sedangkan untuk alkohol primer, sekunder dan tersier menghasilkan hasil uji yang negatif. Hal ini sesuai dengan literatur.
Untuk Larutan C dalam pengujian FeCl3, larutan C tidak bereaksi dalam uji FeCl3 sehingga dapat disimpulkan bahwa Larutan C tidak mempunyai gugus aromatik.

Pada pengujian dengan air Brom, Br-Br, fenol tidak bereaksi dengan air Brom. Untuk larutan C dapat bereaksi dengan air Brom sehingga dalam percobaan menghasilkan hasil uji yang positif disertai perubahan warna produk reaksi.

Dari hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa larutan C merupakan alkohol tersier yang tidak memiliki cincin aromatik. Tetapi dalam uji lucas terdapat perbedaan sedikit, yakni larutan C hanya dapat bereaksi setelah diberi pemanasan beberapa menit. Hal ini disebabkan reaksi agak lambat karena disebabkan umur dari larutan C sudah lama, sehingga ada zat-zat pengotor yang bisa mengontaminasi larutan C tersebut. Selain itu dapat disebabkan temperatur ruangan yang turun pada saat percobaan pengujian, sehingga suhu tidak sesuai dengan keadaan standar pengujian dan membutuhkan tambahan kalor agar reaksi lebih cepat terjadi. Reaksi berlangsung lambat daripada saat kondisi standar sehingga kita menganggap tidak terjadi reaksi.

Dalam percobaan kali ini, ada beberapa data yang tidak sesuai dengan literatur. Hal lain yang menyebabkan perbedaan hasil uji percobaan dikarenakan pelarut dan pereaksi yang sudah terlalu lama dibuat sehingga kemungkinan tidak bereaksi sesuai data seharusnya. Banyak pereaksi yang sudah berubah menjadi produk lain saat berada di botol, sehingga hasil pengujian tidak menunjukkan hasil yang diharapkan. Ataupun temperatur ruangan yang tidak sesuai dengan standar yang menyebabkan reaksi berjalan tidak seperti yang ada dalam literatur sehingga menyebabkan reaksi tidak berjalan sesuai yang diharapkan.


lampiran
Ø  Besi (III) Klorida
Ferric Chloride Solution
Section 1 – Product Identification
Name: Ferric Chloride Solution
Synonyms: Iron chloride, Iron III Chloride, Iron Tri Chloride
CAS No.: 7705-08-0
Formula: FeCl3
Molecular Weight: 162.2 (100% Basis)
Chemical Classification: Inorganic Acidic Salt, Solution

Ø  Kloroform
Product Name: Chloroform
Synonym:   Trichloromethane; Methane, trichlorChemical
Chemical Formula: CHCl3
Physical state and appearance: Liquid.
Odor: Pleasant. Sweetish. Etheric. Non-irritating
Taste: Burning. Sweet.
Molecular Weight: 119.38 g/mole
Color: Colorless. Clear
pH (1% soln/water): Not available.
Boiling Point: 61°C (141.8°F)
Melting Point: -63.5°C (-82.3°F)
Critical Temperature: 263.33°C (506°F)
Specific Gravity: 1.484 (Water = 1)
Vapor Pressure: 21.1 kPa (@ 20°C)
Vapor Density: 4.36 (Air = 1)
Volatility: Not available.
Odor Threshold: 85 ppm
Water/Oil Dist. Coeff.: The product is more soluble in oil; log(oil/water) = 2
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: Not available.
Solubility: Very slightly soluble in cold water.


Ø  Pyridine
Physical state and appearance: Liquid.
Odor: Gasoline-like or petroleum-like (Slight.)
Taste: Not available.
Molecular Weight: 86.18g/mole
Color: Clear Colorless.
pH (1% soln/water): Not applicable.
Boiling Point: 68°C (154.4°F)
Melting Point: -95°C (-139°F)
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: 0.66 (Water = 1)
Vapor Pressure: 17.3 kPa (@ 20°C)
Vapor Density: 2.97 (Air = 1)
Volatility: Not available.
Odor Threshold: 130 ppm
Water/Oil Dist. Coeff.: The product is more soluble in oil; log(oil/water) = 3.9
Ionicity (in Water): Not available

Ø  Asam kromat
Physical state and appearance: Liquid.
Odor: Not available.
Taste: Not available.
Molecular Weight: Not applicable.p. 4
Color: Clear Red.
pH (1% soln/water): Acidic.
Boiling Point: The lowest known value is 100°C (212°F) (Water).
Melting Point: Not available.
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: Weighted average: 1.07 (Water = 1)
Vapor Pressure: The highest known value is 2.3 kPa (@ 20°C) (Water).
Vapor Density: The highest known value is 0.62 (Air = 1) (Water).
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not available.
Water/Oil Dist. Coeff.: Not available.
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: See solubility in water, diethyl ether.
Solubility: Easily soluble in cold water, hot water. Soluble in diethyl ether.

Ø  Heksana
Physical State: Liquid 
Appearance: Clear colorless 
Odor: Gasoline-like 
pH: Not available. 
Vapor Pressure: 151 mm Hg @ 25°C 
Vapor Density: 2.97(Air = 1) 
Evaporation Rate: Not available. 
Viscosity: 0.31 mPas 20°C 
Boiling Point: 62 - 69°C @ 760 mmHg 
Freezing/Melting Point:-95 °C 
Decomposition Temperature: Not available. 
Solubility: Insoluble. 
Specific Gravity/Density:0.678 
Molecular Formula:C6H14 
Molecular Weight:86.18 
Ø  Fenol
Physical state and appearance: Solid.
Odor:
Distinct, aromatic, somewhat sickening sweet and acrid
Taste: Burning.p. 4
Molecular Weight: 94.11 g/mole
Color: Colorless to light pink
pH (1% soln/water): Not available.
Boiling Point: 182°C (359.6°F)
Melting Point: 42°C (107.6°F)
Critical Temperature: 694.2 (1281.6°F)
Specific Gravity: 1.057 (Water = 1)
Vapor Pressure: Not applicable.
Vapor Density: 3.24 (Air = 1)
Volatility: Not available.