Tampilkan postingan dengan label sith. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sith. Tampilkan semua postingan

Jumat, 10 Februari 2017

Ketentuan ITB tentang Fakultas yang dapat dipilih dari SMA / MA / SMK Jurusan IPA / IPS / Bahasa

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

 Gambar Pelangi di Indonesia Tenggelam (Doc Pribadi)

KETENTUAN ITB PADA PELAKSANAAN SNMPTN 2017
ITB mengikuti SNMPTN dan SBMPTN untuk menerima mahasiswa baru program sarjana tahun 2017 di semua Fakultas dan Sekolah di ITB. Selain dari pelaksanaan SNMPTN dan SBMPTN tersebut, ITB tidak menerima mahasiswa baru program sarjana melalui jalur seleksi lain.
Untuk tahun akademik 2017/2018, calon-calon mahasiswa yang secara akademik berpotensi tinggi dan akan mendapatkan ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada tahun 2017 (tahun ijazah 2017) dapat mengikuti seleksi untuk melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung melalui SNMPTN 2017. Ketentuan umum keikutsertaan pada SNMPTN 2017 dapat diperoleh di laman resmi panitia SNMPTN 2017 (http://snmptn.ac.id/). Calon mahasiswa dapat memilih fakultas/sekolah yang dikelompokkan berdasarkan latar belakang materi belajar calon mahasiswa sebagai berikut:
A.    Calon mahasiswa yang berasal dari SMA/MA IPA dapat memilih fakultas/sekolah berikut :
  • 351031 – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), terdiri atas program studi :
    • Matematika
    • Fisika
    • Astronomi
    • Kimia
  • Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), terdiri atas :
    • 351061 – Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Program Sains, terdiri atas program studi :
      • Biologi
      • Mikrobiologi
    • 351126 – Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Program Rekayasa, terdiri atas program studi :
      • Rekayasa Hayati
      • Rekayasa Pertanian
      • Rekayasa Kehutanan
      • Teknologi Pasca Panen
  • 351053 – Sekolah Farmasi (SF), terdiri atas program studi :
    • Sains dan Teknologi Farmasi
    • Farmasi Klinik dan Komunitas
  • 351015 – Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB), terdiri atas program studi :
    • Teknik Geologi
    • Teknik Geodesi dan Geomatika
    • Meteorologi
    • Oseanografi
  • 351023 – Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM), terdiri atas program studi :
    • Teknik Pertambangan
    • Teknik Perminyakan
    • Teknik Geofisika
    • Teknik Metalurgi
  • Fakultas Teknologi Industri (FTI), terdiri atas :
    • 351083 – Fakultas Teknologi Industri Kampus Ganesa, terdiri atas program studi :
      • Teknik Kimia
      • Teknik Fisika
      • Teknik Industri
      • Manajemen Rekayasa Industri
    • 351142 – Fakultas Teknologi Industri Kampus Jatinangor , terdiri atas program studi
      • Teknik Pangan
      • Teknik Bioenergi dan Kemurgi
  • 351075 – Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI), terdiri atas program studi :
    • Teknik Elektro
    • Teknik Informatika
    • Teknik Tenaga Listrik
    • Teknik Telekomunikasi
    • Sistem dan Teknologi Informasi
    • Teknik Biomedis
  • 351091 – Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), terdiri atas program studi :
    • Teknik Mesin
    • Aeronotika dan Astronotika
    • Teknik Material
  • Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL), terdiri atas :
    • 351045 – Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Kampus Ganesa, terdiri atas program studi :
      • Teknik Sipil
      • Teknik Lingkungan
      • Teknik Kelautan
    • 351134 – Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Kampus Jatinangor, terdiri atas program studi :
      • Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air
      • Rekayasa Infrastruktur Lingkungan
  • 351104 – Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), terdiri atas program studi :
    • Arsitektur
    • Perencanaan Wilayah dan Kota
B.    Calon mahasiswa yang berasal dari SMA/MA IPA atau SMA/MA IPS dapat memilih :
  • 352025 – Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), terdiri atas program studi :
    • Manajemen
    • Kewirausahaan
C.    Calon mahasiswa yang berasal dari SMA/MA IPA, SMA/MA IPS, SMA/MA BAHASA, atau SMK dapat memilih :
  • 352011 – Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), terdiri atas program studi :
    • Seni Rupa
    • Kria
    • Desain Interior
    • Desain Komunikasi Visual
    • Desain Produk

Sumber : itb.ac.id

Jumat, 13 Juli 2012

TRITERPEN DAN STEROID



Indikator keberhasilan untuk percobaan uji Liebermann-Burchard yaitu berubahnya larutan menjadi kegelap-gelapan dari sebelumnya. Warna kehitam-hitaman itu dikarenakan adanya sistem terkonjugasi dari struktur triterpen dalam percobaan. Dalam percobaan yang kami lakukan, didapat nilai dari kandungan triterpen adalah +3, karena terbentuk warna hijau kehitam-hitaman yang awalnya berwarna hijau jernih. Hal ini menunjukkan bahwa kandungan triterpen dan steroid pada daun jambu batu berjumlah banyak.

Sedangkan pada uji busa daun jambu batu dalam percobaan, nilai yang didapatkan adalah +3, karena busa yang terbentuk setelah ditambahkan air dan dikocok kuat-kuat sangat banyak dan mampu bertahan lama dalam tabung reaksi. Tingginya busa dalam hasil ekstraksi lebih dari 3 cm tepatnya 4 cm. Hasil ini menunjukkan bahwa pada daun jambu batu, sangat banyak jumlah saponin yang terkandung dalam ekstraknya.

Setelah dilakukan Kromatografi lapis tipis, Rf dari jambu batu yang didapat yaitu dalam perhitungan berikut.
Perhitungan Rf :
2,0 cm à  Rf =  0,50

Rf triterpen yang didapat dari literatur dengan eluen diklorometana dan heksana adalah 0,92 (Fernando, et.al., 2009).  Data diatas, kurang sesuai dengan literatur yang didapat dalam referensi. Rf triterpen yang didapat saat praktikum kurang sesuai dengan literatur, hal ini dimungkinkan karena eluen yang sudah lama di botol dalam kondisi lingkungan yang tidak sesuai, atau dalam percobaan yang kita dapat bukan merupakan triterpen atau senyawa lain yang mempunyai sifat yang hampir sama dengan triterpen. Senyawa Triterpen mempunyai sifat nonpolar, untuk eluen yang digunakan dalam percobaan ini bersifat nonpolar, sehingga keduanya sama-sama nonpolar.

Pada uji Kromatografi Lapis Tipis sebelum diberi Asam Sulfat yang tampak dalam pelat KLT setelah disinari dengan UV adalah adanya senyawa steroid. Sedangkan tujuan diberi Asam Sulfat agar salah satu senyawa turunan triterpen terlihat oleh UV. Adanya warna pada pelat setelah dikeringkan sesudah diberi Asam Sulfat disebabkan adanya resonansi sehingga timbul warna tertentu.

Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit sekunder. Dari segi geometrinya senyawa terpenoid merupakan senyawa hidrokarbon isometrik yang juga terdapat pada lemak/minyak esensial (essential oils), yaitu sejenis lemak yang sangat penting bagi tubuh. Manfaat senyawa terpenoid bagi tubuh manusia sendiri yaitu membantu tubuh dalam proses sintesa organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Selain itu juga menambah daya tahan tubuh bagi manusia.

Contoh turunan terpen yang mempunyai gugus isoprena didalamnya, dalam hal ini monoterpen yang disebut β-Mircena.

Selain itu ada juga salah satu jenis senyawa yang mengandung gugus diterpen yang disebut Cembren.
Senyawa steroid merupakan jenis senyawa yang komponen organiknya berisi sebuah susunan kerangka karakteristik dari empat cincin sikloalkana yang saling berikatan satu dengan yang lainnya. Steroid mempunyai manfaat yang banyak dalam tubuh terutama sebagai hormon dalam tubuh. Hormon steroid mampu disintesis sendiri oleh tubuh manusia dan juga disintesis tumbuhan-tumbuhan dan hewan. Manfaat hormon steroid yang lain yaitu untuk menurunkan berat badan, terutama untuk penderita obesitas, diabetes, dan lupus.  Selain itu, senyawa steroid juga mampu meningkatkan kekebalan tubuh. 
Saponin merupakan kelompok senyawa organik yang banyak didapatkan dari alam, senyawa saponin juga merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Saponin bagi tubuh manusia berfungsi untuk menurunkan berat tubuh manusia.

Data Fisik dan Kimia

Ø  Dikloro metana

v  General

Synonyms: HCC 30, methane dichloride, methylene chloride, methylene dichloride, aerothene MM, DCM, narkotil, solaesthin, solmethine, NCI-C50102, R 30, methylene bichloride, Freon 30 
Molecular formula: CH2Cl2 

v  Physical data
Appearance: colourless liquid 
Melting point: -97 C 
Boiling point: 40 C 
Vapour density: 2.9 
Vapour pressure: 6.8 psi at 20 C 
Specific gravity: 1.32 
Flash point: none 
Explosion limits: 14 % - 22% 
Autoignition temperature: 661 C 
Water solubility: slight
v  Stability
Stable. Incompatible with alkali metals, aluminium, strong oxidizing agents, strong caustics, some forms of plastic, titanium. A small amount of added amylene (1-pentene) may be present to enhance stability.
Ø  Ethanol
v  Physical and Chemical Properties
Physical State: Clear liquid
Appearance: colorless
Odor: Mild, rather pleasant, like wine or whis
pH: Not available.
Vapor Pressure: 59.3 mm Hg @ 20 deg C
Vapor Density: 1.59
Evaporation Rate:Not available.
Viscosity: 1.200 cP @ 20 deg C
Boiling Point: 78 deg C
Freezing/Melting Point:-114.1 deg C
Decomposition Temperature:Not available.
Solubility: Miscible.
Specific Gravity/Density:0.790 @ 20°C
Molecular Formula:C2H5OH
Molecular Weight:46.0414
Section 10 - Stability and Reactivity
Chemical Stability: Stable under normal temperatures and pressures.
Conditions to Avoid: Incompatible materials, ignition sources, excess heat, oxidizers.
Incompatibilities with Other Materials: Strong oxidizing agents, acids, alkali metals, ammonia, hydrazine, peroxides,
sodium, acid anhydrides, calcium hypochlorite, chromyl chloride, nitrosyl perchlorate, bromine pentafluoride, perchloric
acid, silver nitrate, mercuric nitrate, potassium-tert-butoxide, magnesium perchlorate, acid chlorides, platinum, uranium
hexafluoride, silver oxide, iodine heptafluoride, acetyl bromide, disulfuryl difluoride, tetrachlorosilane + water, acetyl
chloride, permanganic acid, ruthenium (VIII) oxide, uranyl perchlorate, potassium dioxide.
Hazardous Decomposition Products: Carbon monoxide, irritating and toxic fumes and gases, carbon dioxide.
Hazardous Polymerization: Will not occur.


Ø  Sulfuric Acid
v  General
Synonyms: oil of vitriol, mattling acid, vitriol, battery acid, dipping acid, electrolyte acid, vitriol brown oil, sulphuric acid
Molecular formula: H2SO4

v  Physical data

Appearance: Colourless oily liquid
Melting point: -2 C
Boiling point: 327 C
Specific gravity: 1.84
Vapour pressure: <0.3 mm Hg at 20 C (vapour density 3.4)
Flash point:
Explosion limits:
Autoignition temperature:
Water solubility: miscible in all proportions
v  Stability
Stable, but reacts with moisture very exothermically, which may enhance its ability to act as an oxidizing agent. Substances to be avoided include water, most common metals, organic materials, strong reducing agents, combustible materials, bases, oxidising agents. Reacts violently with water - when diluting concentrated acid, carefully and slowly add acid to water, not the reverse. Reaction with many metals is rapid or violent, and generates hydrogen (flammable, explosion hazard).

Ø  Ether
v  General
Synonyms: ether, ethyl ether, ethoxyethane, 1,1'-oxybis ethane, diethyl oxide, aether, ethyl oxide, aether, anesthetic ether, rcra waste number U117, solvent ether
Molecular formula: C4H10O

v  Physical data
Appearance: colourless liquid
Melting point: -116 C
Boiling point: 34.6 C
Specific gravity: 0.71
Vapour pressure: 400 mm Hg at 18 C
Flash point: -40 C
Explosion limits: 1.7% - 48%
Autoignition temperature: 170 C
Water solubility: 6.9% (20 C)

v  Stability
Stable, but light-sensitive, sensitive to air. May contain BHT (2,6-di-tert-butyl-4-methylphenol) as a stabilizer. Substances to be avoided include zinc, halogens, halogen-halogen compounds, nonmetals, nonmetallic oxyhalides, strong oxidizing agents, chromyl chloride, turpentine oils, turps substitutes, nitrates, metallic chlorides.
Extremely flammable. This material is a serious fire and explosion risk. Vapour may travel considerable distances to ignition sources, which need not be an open flame, but may be a hot plate, steam pipe, etc. Vapour may be ignited by the static electricty which can build up when ether is being poured from one vessel into another. If large quantities of material are being poured, suitable precautions must be taken.

ALDEHID DAN KETON


            Aldehid dan keton merupakan suatu senyawa organik dengan gugus fungsional karbonil, C=O. Atom karbon pada gugus fungsi karbonil ini masih memiliki sisa dua tangan untuk berikatan dengan atom lain. Apabila salah satu tangan mengikat atom hidrogen, maka gugus fungsi senyawa tersebut adalah aldehid. Sedangkan bila kedua tangannya tidak ada yang mengikat atom hidrogen, maka senyawa tersebut adalah keton. Dalam penamaan IUPAC, senyawa yang termasuk keton akan memiliki akhiran –one dan untuk senyawa aldehid akan memiliki akhiran –al. Dalam percobaan kali ini, dilakukan empat macam uji untuk aldehid dan keton yaitu uji asam kromat, uji iodoform, uji 2,4,DNP,  dan uji tollens.
            Dalam uji asam kromat, prinsip percobaan yang dilakukan adalah menambahkan asam kromat yang akan menyebabkan aldehid teroksidasi menjadi asam karboksilat. Sedangkan pada keton, tidak akan terjadi reaksi oksidasi. 
            Dalam pengujian asam kromat, aldehid akan berubah menjadi warna hijau sedangkan keton akan berubah menjadi warna kekuningan. Dalam percobaan kali ini, ada beberapa hasil yang tidak sesuai dengan literatur dan tidak dapat dilihat bahwa semua senyawa yang bernama aldehid bereaksi menjadi warna kehijauan dan senyawa yang bernama keton menjadi warna kekuningan.

Pada pengujian asetaldehid dengan asam kromat, yang pada awalnya asetaldehid berwarna bening setelah direaksikan dengan asam kromat menghasilkan warna biru kehijau-hijauan. Hal ini menandakan bahwa dari reaksi antara asetaldehid bereaksi dengan asam kromat membentuk keton. Percobaan ini sesuai dengan literatur yang telah kami dapatkan.
Pada pengujian benzaldehid dengan asam kromat  yang pada awalnya reaktan berwarna bening dan kuning, setelah direaksikan dengan asam kromat menghasilkan warna jingga. Hal ini menandakan bahwa dari reaksi antara benzaldehid dengan asam kromat tidak membentuk keton. Percobaan ini tidak sesuai dengan literatur yang telah kami dapatkan. Hal ini mungkin disebabkan kondisi senyawa yang direaksikan kurang bagus sehingga percobaan tidak sesuai dengan literatur, ataupun senyawa yang kami gunakan kehilangan sifat aslinya karena suhu lingkungan tidak mendukung selama disimpan dalam ruang penyimpanan.
Pada pengujian pentanon dengan asam kromat, pada awalnya pentanon berwarna bening setelah direaksikan dengan asam kromat menghasilkan warna jingga. Hal ini menandakan bahwa pentanon dapat bereaksi dengan asam kromat . Percobaan ini sesuai dengan literatur yang telah kami dapatkan yakni perubahan warna dari produk menjadi jingga dari asalnya berwarna bening.
Untuk Larutan B, kami mendapatkan bahwa larutan B awalnya berwarna bening. Dan setelah bereaksi dengan asam kromat berubah warna menjadi biru kehijau-hijauan. Hal ini menandakan bahwa larutan B merupakan senyawa jenis aldehid. Hal ini seperti yang dijelaskan pada literatur yang sudah didapatkan.
            Dalam uji tollens, prinsip percobaan yang dilakukan adalah penambahan ion Ag+ dari Ag(OH)2. Pada aldehid, akan terjadi reaksi yang menyebabkan ikatan atom karbon yang mengikat atom =O dan –H akan mengikat atom O sehingga senyawa Ag(OH)2 akan menjadi Ag yang akan menghasilkan endapan cermin perak. Pada keton reaksi tersebut tidak dapat terjadi karena atom karbon pada keton keduanya tangannya mengikat atom selain H. Dalam percobaan yang dilakukan, penambahan cermin perak memberikan hasil positif untuk semua senyawa yang dinamai aldehid dan  negatif untuk yang dinamai keton. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
  Dalam percobaan yang kami lakukan, asetaldehid dan benzaldehid memberikan reaksi positif dalam pengujian dengan Tollens. Dan untuk pentanon, tidak terjadi reaksi apapun. Hal ini sesuai literatur yang kami dapatkan.
Untuk larutan B, dari uji Tollens menghasilkan hasil uji positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa larutan B merupakan senyawa aldehid. Sehingga uji Tollens yang kedua ini menguatkan pada uji asam karbonat yang sebelumnya, bahwa senyawa B merupakan suatu senyawa aldehid. 
Dalam pengujian DNP, prinsip percobaan yang dilakukan adalah terjadinya reaksi adisi dan eliminasi pada ikatan rangkap =O pada gugus karbonil. Reaksi ini tidak dilakukan dalam senyawa tersebut. Gugus =O akan disubstitusi oleh  gugus =N-R dari DNP.
Pada uji dengan DNP, asetaldehid maupun benzaldehid tidak terbentuk dua fasa seperti yang ada di literatur. Warna yang dihasilkan dari uji DNP merupakan perpaduan antara bening dan jingga kecoklat-coklatan, sehingga hasil akhir larutan berwarna jingga.
Untuk benzaldehid dan dan aseton menghasilkan warna yang sama juga, yaitu berwarna jingga. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang telah didapatkan.
Hal yang berbeda didapat saat uji DNP dalam larutan B. Hasil yang didapatkan berwarna kuning, didapat antara pereaksi bening dan pereaksi berwarna jingga.

Dalam pengujian larutan B dengan asam kromat didapati hasil bahwa larutan larutan B mirip dengan percobaan yang sama yang dilakukan dengan senyawa aldehid. Pada pengujian Tollens, larutan B memberikan reaksi yang mirip dengan senyawa aldehid lain.  Hal ini menguatkan bahwa senyawa B merupakan suatu senyawa aldehid. Pada uji 2,4-dinitrofenilhidrazin terjadi kegagalan dan tidak sesuai dengan literatur, hal ini dapat disebabkan karena terlalu lamanya reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin disimpan pada ruangan terbuka, sehingga sifat aslinya lama kelamaan menghilang. Sehingga, pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin tidak maksimal untuk menguji aldehid dan keton saat praktikum. Sedangkan pada uji tollens, kemungkinan besar senyawa asetaldehid juga telah hilang sifat aslinya karena penyimpanan pada ruangan terbuka dan suhu kamar yang terlalu lama.

Lampiran
Ø  Asam kromat
Physical state and appearance: Liquid.
Odor: Not available.
Taste: Not available.
Molecular Weight: Not applicable.p. 4
Color: Clear Red.
pH (1% soln/water): Acidic.
Boiling Point: The lowest known value is 100°C (212°F) (Water).
Melting Point: Not available.
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: Weighted average: 1.07 (Water = 1)
Vapor Pressure: The highest known value is 2.3 kPa (@ 20°C) (Water).
Vapor Density: The highest known value is 0.62 (Air = 1) (Water).
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not available.
Water/Oil Dist. Coeff.: Not available.
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: See solubility in water, diethyl ether.
Solubility: Easily soluble in cold water, hot water. Soluble in diethyl ether.

Ø  NaOH
Physical state and appearance: Solid.
Odor: Odorless.
Taste: Not available.
Molecular Weight: 40 g/mole
Color: White.
pH (1% soln/water): 13.5 [Basic.]p. 4
Boiling Point: 1388°C (2530.4°F)
Melting Point: 323°C (613.4°F)
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: 2.13 (Water = 1)
Vapor Pressure: Not applicable.
Vapor Density: Not available.
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not available.
Water/Oil Dist. Coeff.: Not available.
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: See solubility in water.
Solubility: Easily soluble in cold water.

Ø  Amoniak
Physical and Chemical Properties
Physical state (gas, liquid, solid) :  Gas
Vapor pressure at 70 F :  94 psia
Vapor density at 60 F (Air = 1) :  0.62
Evaporation point :  Not Available
Boiling point :  -28  F
Freezing point :  107.9 F
pH :  Not Available
Specific gravity :  Not Available
Oil/water partition coefficient :  Not Available
Solubility (H20) :  Very soluble
Odor threshold :  Not Available
Odor and appearance :  A colorless gas with a pungent odor.

Ø  Asam nitrat
Physical and Chemical Properties
Physical State: Liquid
Appearance: clear to yellow
Odour: strong odour – acrid odour
pH: 1.0 (0.1 M solution)
Vapour Pressure: PARTIAL PRESSURE: 70% (w/w): 0.37-0.4  kPa (2.78-3 mm Hg) at 20 C (3,14); 0.547 kPa (4.1 mm Hg) at 25 C
Vapour Density: 2.17 (air = 1) (calculated).
Evaporation Rate: No information available.
Viscosity: No information available.
Boiling Point: 68% (w/w): 120.5 C (248.9 F)
Freezing/Melting Point: 70% (w/w): -41 C (-42 F)
Decomposition Temperature: No information available.
Solubility: Soluble in all proportions.
Specific Gravity/Density: 68% (w/w): 1.41 g/cm3, 70% (w/w): 1.42 g/cm3
Molecular Formula: HNO3
Molecular Weight: 63.0119

Ø  Iodin
Physical state and appearance: Solid.
Odor: Sharp Characteristic. (Strong.)
Taste: Not available.
Molecular Weight: 253.81 g/mole
Color: Purple solid with metalic luster. (Dark.)
pH (1% soln/water): Not available.
Boiling Point: 184.4°C (363.9°F)
Melting Point: 113.7°C (236.7°F)
Critical Temperature: Not available.
Specific Gravity: 4.93 (Water = 1)
Vapor Pressure: Not applicable.p. 4
Vapor Density: Not available.
Volatility: Not available.
Odor Threshold: Not availabe
Water/Oil Dist. Coeff.: The product is more soluble in oil; log(oil/water) = 2.5
Ionicity (in Water): Not available.
Dispersion Properties: See solubility in water, methanol, diethyl ether.
Solubility: Easily soluble in diethyl ether. Soluble in methanol. Very slightly soluble in cold water, hot water.