Tampilkan postingan dengan label Cell and Molecular Biololgy. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cell and Molecular Biololgy. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Maret 2013

ASAM VOLATIL DAN BAKTERI METANOGEN




Kebanyakan hasil limbah dari rumah tangga ataupun indutri berupa material organik. Material organik ini dapat didegradasi dengan metode tertentu tergantung jenisnya. Material ini ada yang sederhana maupun kompleks tergantung bagaimana proses pembuatannya. Semakin panjang dan kompleks, material organik ini membutuhkan waktu degradasi lebih lama daripada material organik sederhana dan pendek. Material ini kebanyakan berupa lipid, karbohidrat dan protein.
Metanogenesis adalah konversi asam lemak dengan berat molekuler rendah (asam volatil seperti asam format, asetat, propionat, dan asam butirat) atau alkohol, karbondioksida, dan hidrogen ke gas metana (CH4).
Secara alami, turunan lipid dapat didegradasi. Kebanyakan lipid adalah tidak larut ataupun sedikit larut dengan air tetapi larut dalam campuran alkohol-eter. Ada beberapa asam lemak yang dibentuk dari hidrolisis lemak dan dapat bereaksi dengan ion logam untuk membentuk sabun ataupun garam. Ada beberapa asam lemak  yang memiliki berat molekuler rendah dan biasanya disebut asam volatil. Asam lemak ini dapat berevaporasi pada tekanan atmosfer. Pada asam volatil, prekursor paling penting ke metana adalah asam asetik atau asetat.
Produk fermentasi seperti alkohol seperti etanol atau butanol dapat ditransformasikan menjadi asam lemak atau asam volatil. Proses fermentasi ini merupakan penggunaan gula saat proses metabolik bakteri di bawah kondisi anaerobik. Sedangkan pada protein, bakteri anaerobik dapat dihidrolisis ke bentuk peptida lain. Ada beberapa protein asam amino bebas yang diproses secara lebih lanjut dapat membentuk asam volatil.
Asam volatil dapat diturunkan dari lipid, karbohidrat dan protein. Dalam sel hidup, jalur biokimia memasukkan ketiga kelas tersebut secara langsung dan sangat terkoordinasi dan cukup efisien dari kehilangan energi pada proses reaksi ketiganya.
Bakteri fakultatif anaerob dapat melakukan proses metabolik dengan kehadiran oksigen terlarut atau hampir tiadanya oksigen. Proses yang dapat dilakukan misalnya fermentasi campuran beberapa asam. Sebagai contoh spesies dengan genus Enterobacter dapat memproduksi asam, aldehid, alkohol, karbon dioksida dan hidrogen dari monosakarida sederhana yakni glukosa.
Sedangkan bakteri anaerob tidak dapat melakukan proses metabolik di lingkungan dengan oksigen terlarut. Bakteri ini dapat dibagi menjadi dua grup yaitu bakteri yang tidak bisa melakukan metabolisme ketika ada oksigen terlarut namun masih bisa bertahan hidup pada kondisi oksigen yang paling sedikit dan bakteri yang intoleran terhadap jumlah oksigen berapa pun di lingkungannya. Beberapa bakteri anaerob merupakan produser asam kuat dan yang lainnya mampu mengurangi senyawa sulfat menjadi senyawa hidrogen sulfida. Dalam pengolahan limbah, bakteri fakultatif ananerob dan anaerob mampu menyelesaikan proses hidrolisis dari substrat organik yang cukup kompleks.
Bakteri metanogenik dapat mengkonversi produk fermentasi seperti asam format dan asetat ke produk gas seperti CO2, H2, dan CH4 yang dapat berdifusi ke lingkungan aerobik (atmosfer). Bakteri ini menempati tempat khusus dalam lingkungan mikroba karena mereka sendiri dapat memproduksi hidrokarbon (CH4) sebagai  produk metabolik mereka yang banyak. Dinding sel dari bakteri ini tidak keras, karakteristik ini yang membedakan kelompok bakteri ini dengan kelompok eubakteria. Ada 5 substrat yang dapat dikonversi oleh baketri ini menjadi gas metana yaitu asetat, format, metanol, karbondioksida dan metilamin.
Bakteri anaerob pada umumnya terdapat pada tanah ataupun pada saluran usus. Pada usus inilah bakteri tersebut dapat berkembang dengan baik. Beberapa ananerob seperti bakteri anaerobik sakarolitik atau pemecah gula dapat memecah polisakarida menjadi monosakarida. Jumlah bakteri ini pada digester berkisar antara 107 hingga 108 sel/ml. Ada pula bakteri anaerobik selulolitik yang menghidrolisis selulosa dan hemiselulosa menjadi monosakarida. Jumlah bakteri ini pada digester berkisar antara 104 hingga 105 sel/ml.
Bakteri anaerobik proteolitik dapat menghidrolisis polimer asam amino kompleks, protein, atau polipeptida menjadi asam amino sederhana. Jumlah bakteri ini pada digester berkisar antara 105 hingga 106 sel/ml. Bakteri anaerobik lipolitik dapat menghidrolisis lemak, minyak, dan lilin jenuh atau tak jenuh menjadi asam lemak dan asam lemak volatil. Jumlah bakteri ini pada digester berkisar antara 104 hingga 105 sel/ml. Pada perbedaan aktivitas biokimia, beberapa spesies pada genus yang sama dapat menghidrolisis lebih dari satu grup substrat. Bakteri metanogenik dapat juga ditemukan di digester dengan jumlah antara 104 hingga 108 sel/ml.
Proses pengolahan anaerobik menggunakan digester untuk mengubah molekul organik kompleks ke metana mempunyai banyak variasi. Salah satunya yang sederhana adalah melalui dua tahap sederhana yaitu : hidrolisis ataupun pembentukan asam volatil serta pembentukan metana. Yang lainnya berada dalam pembagian tiga tahap dengan hidrolisis polimer organik memisahkan langkah pertama.
Selain itu beberapa mikrobiologis ada yang membagi ke dalam 6 tahap yaitu langkah pertama dengan hidrolisis protein, karbohidrat dan lipid. Sedangkan langkah kedua yaitu fermentasi atau pembentukan asam. Langkah ketiga yaitu hidrolisis anaerobik dan langkah keempat yaitu oksidasi anaerobik dari asam lemak dan beberapa asam volatil. Selanjutnya langkah kelima yaitu konversi asetat menjadi metana dan yang keenam adalah penggabungan hidrogen dan karbondioksida menjadi metana.
Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi efisiensi pengolahan anaerobik dan metanogenesis. Di antaranya adalah sebagai berikut :

1.      Komposisi nutrisi,
2.      Jumlah oksigen terlarut pada digester anaerobik,
3.      Temperatur digester,
4.      pH (konsentrasi ion hidrogen) pada digester,
5.      Konsentrasi padatan volatil, dan
6.      Konsentrasi asam volatil.


Beberapa substansi pada jumlah yang sedang hingga berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah pada pengolahan anaerobik menggunakan digester. Di antaranya adalah ion logam berat, sulfida, gas ammonia terlarut, asam volatil yang tidak terionisasi, dan sianida. Ada juga inhibitor lainnya seperti deterjen rumah tangga dan klorin.

Senin, 11 Maret 2013

Peranan nutrisi dalam metabolisme mikroba




Pada tulisan ini, peranan nutrisi dalam metabolisme mikroba akan dikaji. Sumber nutrisi dalam air limbah, jenis air limbah yang memiliki defisiensi nutrisi dan jalan pada operator dapat menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi akan didiskusikan. Pembersihan secara biologi terhadap nutrisi yang berlebihan dari air limbah juga akan disebutkan.
Setiap sel hidup mengandung nutrisi, beberapa di antarnya bersifat esensial bagi pertumbuhan sel. Nutrisi lain juga digunakan ketika ada tetapi tidak esensial. Karbon, oksigen, nitrogen, hidrogen, fosfor, sulfur, potassium, kalsium, magnesium, dan besi dibutuhkan dalam jumlah besar. Sodium dan klorin juga dibutuhkan dalam jumlah besar oleh beberapa organisme tetapi tidak semua organisme. Karbon, oksigen, nitrogen, hidrogen, fosfor, dan sulfur adalah konstituen utama pada sel. Nutrisi esensial lainnya menyediakan berbagai fungsi, termasuk bertindak sebagai aktivator enzim, transporter elektron, dan regulator tekanan osmotik.
Komposisi unsur pada sel beragam. Sel terdiri dari 70 – 90 % air dan 10 – 30 % material kering dengan berat. Pada material kering, 70 – 95 % adalah organik dan 5 hingga 30 % anorganik. Isi anorganik pada material kering membentuk bagian abu pada organisme yang diinsinerasi. Bagian abu pada lumpur aktif dari pengolahan besar tanaman bertipe antara 20 dan 35 % tetapi lebih dari 50 % tergantung pada karakteristik limbah air. Secara umum, lumpur aktif dibangun di limbah yang berisi fraksi protein yang lebih tinggi yang memiliki bagian nitrogen daripada pertumbuhan pada limbah yang berisi lebih banyak karbohidrat. Selain itu, pada komposisi unsur pada sel mikroba bervariasi dengan kondisi pertumbuhannya dan berpengaruh juga pada kebutuhan nutrisi. Oleh sebab itu, kita perlu merancang rumus empirik untuk menentukan kebutuhan nutrisi. 
Komposisi biokimia pada sel, khususnya pada bakteri berhubungan dengan nutrisi. Nutrisi dalam sel bakteri juga terjadi dalam molekul kecil seperti air, substansi organik dan ion anorganik dan biasanya terjadi pada molekul yang besar. Senyawa yang diambil sel dari lingkungan terdiri dari dua aktivitas metabolit dasar ; produksi energi/bioenergetik dan sintesis dari materi yang baru/biosintesis. Organisme dapat memproduksi energi dari cahaya, senyawa organik, dan anorganik. Senyawa anoraganik bisa dioksidasi dan energi dibebaskan selama sel untuk pemeliharaan sel, sintesis materi sel baru, dan untuk bergerak/motil.
Transpor nutrisi berperan dalam pengangkutan nutrisi agar bisa masuk ke dalam sel. Nutrisi bisa masuk ke dalam sel dengan melintasi membran sel sebelumnya. Jenis-jenis transpor nutrisi adalah transpor pasif, grup translokasi, dan transpor aktif. Transpor pasif terdiri dari difusi sederhana dan difusi terfasilitasi. Difusi sederhana terjadi saat melewati membran sel semipermeabel dari area berkonsentrasi tinggi ke area berkonsentrasi rendah. Difusi terfasilitasi dimediasi oleh protein membran spesifik (pembawa protein atau permeases). Pembawa protein mengikat nutrisi spesifik pada permukaan luar di membran sel. Pada grup translokasi, nutrisi diubah secara kimia selama proses transpor. Dalam proses transpor aktif, protein pembawa di sel membran bergabung dengan nutrisi. Proses ini membutuhkan energi untuk mengangkut nutrisi melawan gradien konsentrasi.
Sumber nutrisi dalam air limbah mencakup limbah domestik, komersial, industri, dan pertanian; persediaan air domestik; limpasan permukaan; dan resapan dari saluran pembuangan. Karbon, hidrogen, dan oksigen terjadi dalam variasi konstituen organik pada limbah seperti protein, karbohidrat, lemak, minyak, dan pelumas. Hal ini juga dapat ditemui dalam konstituen limbah anorganik. Karbon ditemukan dalam komponen alkalinitas, seperti bikarbonat, asam karbonat, dan karbonat. Oksigen dapat diperoleh dari oksigen bebas, air, dan bikarbonat. Hidrogen dapat diperoleh dari udara dan air.
Senyawa nitrogen terjadi di air limbah sebagai nitrogen organik dan anorganik. Nitrogen anorganik terdiri dari ammonia (NH3 ), nitrit (NO2), dan nitrat (NO3). Nitrogen organik terdapat pada urea. Kandungan nitrogen pada limbah industri bervariasi. Senyawa fosfor yang ditemukan dalam limbah cair terdiri dari ortofosfat, fosfat terkondensasi, dan fosfor organik. Mayoritas sumber fosfor di limbah air berasal dari kotoran manusia dan deterjen. Sulfur ditemukan pada beberapa jenis limbah dalam bentuk sulfat, sulfida, sulfit, dan sulfur organik. Nutrisi lain yang ditemukan dalam limbah air ada berbagai jenis. Di antaranya adalah potasium, magnesium, sodium, kalsium, besi, mangan, seng, klorida, tembaga, nikel, selenium, kobalt dan molibdenum yang terdapat di beberapa jenis limbah.
Nutrisi dibutuhkan dalam proporsi yang tepat untuk pengolahan yang efektif terhadap  limbah air. Hal ini juga diperlukan uuntuk mencapai pembersihan nutrisi dalam proses perlakuan biologi. Jika nutrisi esensial tidak ada, pertumbuhan mikroba tidak akan terjadi. Saat nutrisi tidak cukup, kemampuan menetap lumpur dan kualitas limbah dalam perlakuan tanaman memburuk hingga ke proses perusakan. Defisiensi nutrisi dapat menyebabkan sludge bulking dan sludge foaming. Sludge bulking terjadi saat organisme berfilamen melimpah dan mengaktivasi lumpur agar tidak menetap dan memadat dengan jelas dan menghasilkan proses yang terganggu.  Sludge foaming menyebabkan terjadinya busa pada lumpur. Keberadaan defisiensi nutrisi dapat ditentukan dari analisis influen atau komposisi sel. Jika defisiensi nutrisi dikonfirmasi, nutrisi dapat ditambahkan dalam rasio yang tepat untuk mengatasi masalahnya.
  Jika terjadi kelebihan nutrisi, maka nutrisi itu tidak dapat dibersihkan secara efektif dalam perlakuan tanaman dan bisa menyebabkan deteriorasi terhadap kualitas air yang diterima. Efek yang berbahaya dari nutrisi yang berlebihan dalam air yang diterima termasuk eutrofikasi, matinya ikan-ikan, dan membuat air tidak layak untuk berbagai kegunaan seperti persediaan air minum dan rekreasi. Ketika nutrisi berada dalam keadaan berlebih, maka nutrisi itu dapat dibersihkan dalam beberapa cara, termasuk proses fisika, kimia, dan biologi. Contoh zat-zat yang biasa dibersihkan adalah karbon, nitrogen, dan fosfor.

PUSTAKA :
Gerardi, Michael H. 1994. Wastewater Biology : The Life Processes. Alexandria (USA) : Water
Environment Federation. Page : 11 – 62.

BAKTERI AUTOTROF DAN HETEROTROF




Di alam ini, bakteri termasuk ke dalam organisme. Organisme ini dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu organisme autotrof dan organisme heterotrof. Organisme autotrof adalah organisme yang menggunakan karbondioksida sebagai sumber karbon untuk pertumbuhannya. Sedangkan organisme heterotrof merupakan organisme yang memperoleh karbon dari senyawa organik di lingkungannya untuk pertumbuhan. Organisme dapat dibagi lagi menurut cara mereka memperoleh energi. Fototrof adalah organisme yang memperoleh energi dari fotosintesis. Contohnya semua tanaman dan alga serta beberapa jenis bakteri. Sedangkan kemotrof adalah organisme yang memperoleh energi dari oksidasi zat kimia. Selain itu ada juga kemoorganotrof, organisme ini memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik. Contohnya dari jenis ini yaitu semua organisme tingkat tinggi kecuali tanaman dan bakteri heterotrof.
Sedangkan untuk bakteri jenis kemolitotrof, mereka memperoleh energi dari oksidasi senyawa anorganik. Untuk kemolitotrof yang memperoleh karbon dari CO2 adalah kemoautotrof. Fotoautotrof seperti tanaman, alga, dan beberapa bakteri memperoleh energi dari cahaya matahari dan karbon dari CO2. Sedangkan fotoheterotrof  memperoleh energi dari cahaya matahari dan memperoleh nutrisi karbon dari senyawa organik. Namun, jenis bakteri ini tidak dianggap penting untuk pengolahan air limbah. Ada juga jenis lain dari bakteri yaitu kemoheterotrof. Bakteri kemoheterotrof ini memperoleh karbon dan energi dari senyawa organik. Jenis bakteri ini berperan penting dalam proses pengolahan air limbah.
Metabolisme adalah semua reaksi biokimia yang terjadi dalam sel. Reaksi ini kebanyakan dikatalis oleh enzim agar energi yang digunakan untuk mengaktifkan reaksi menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Dengan adanya katalis berupa enzim ini, sel dapat menggunakannya lebih efisien. Metabolisme dapat terbagi menjadi beberapa jenis yaitu respirasi aerobik, respirasi anaerobik, dan fermentasi.
Reaksi metabolik adalah mekanisme oleh sel untuk memperoleh energi dan mengubah nutrisi menjadi biomassanya. Ada tiga kemiripan antara metabolisme autotrof dan heterotrof :
1. Sama-sama harus mengubah sumber karbonnya menjadi materi sel.
2. Sama-sama harus memiliki sumber reducing power,
3. Harus menggunakan sumber energi agar diubah menjadi adenosin trifosfat (ATP), yang nantinya akan digunakan sebagai sumber energi untuk reaksi biosintetik dalam sel.
Ada lima jenis bakteri berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen. Pertama, bakteri strict aerobes membutuhkan oksigen sebagi akseptor elektron akhir dalam sistem aerasi. Kedua, bakteri  facultative anaerob  dapat tumbuh saat ada atau tidaknya oksigen ketika  sumber karbon yang sesuai telah tersedia. Ketiga, bakteri microaerophiles membutuhkan oksigen, tetapi mengurangi tekanan oksigen. Keempat, bakteri aerotolerant anaerobes dapat tumbuh dalam kehadiran oksigen, tetapi tidak bisa menggunakannya untuk metabolisme akibat tidak adanya sistem transpor elektron. Kelima, bakteri strict anaerobes tidak dapat tumbuh dalam kehadiran oksigen.
Kebanyakan peran bakteri heterotrof dalam pengolahan air limbah adalah pembersihan senyawa organik yang terlarut maupun tidak terlarut. Bakteri aerobik dan fakultatif aerobik  berperan predominan dalam proses pengolahan aerobik, sedangkan bakteri anaerobik dan fakultatif anaerobik berperan dalam proses pengolahan anaerobik.
Makromolekul seperti protein, polisakarida, lipid, asam nukleat, dan dinding sel bakteri tidak dipindahkan ke sel heterotrof sebelum dicerna, tetapi harus dipecah menjadi subunit-subunit dengan menggunakan enzim. Kondisi fisik yang mempengaruhi bakteri ini saat pertumbuhan dalam senyawa organik yaitu kepadatan biomassa, konsentrasi nutrisi, aerasi, pH, dan suhu.
Bakteri heterotrof dapat tumbuh optimal pada pH 7. pH minimal bakteri ini yaitu pada pH 5,5, dan maksimum pada pH 8,5 s.d 9,5. Namun, pada jenis spesies tertentu dapat memiliki rentang pH yang berbeda. Selain itu, suhu optimal, minimal, dan maksimal yang dimiliki oleh setiap bakteri berbeda-beda tergantung jenisnya. Misalnya psychrophiles dapat tumbuh antara suhu 0o C s.d 20o C,optimal pada suhu 10o C s.d 15o C. Sedangkan bakteri Mesophiles dapat tumbuh pada suhu 10o C s.d 45o C dan optimal pada suhu 30o C s.d 35o C. Bakteri jenis ini banyak ditemukan di proses pengolahan air limbah.  Thermophiles dapat tumbuh pada suhu 40o C s.d 75o C, optimal pada suhu 55 o C s.d 65o C. Sedangkan bakteri jenis Extreme thermophiles dapat tumbuh pada suhu > 100o C.
Kemoheterotrof berperan untuk degradasi limbah dalam anaerobic digester yang digunakan untuk stabilisasi lumpur primer dan sekunder dari pengolahan limbah industri dan kota dan untuk pengolahan limbah industri berat. Yang berperan di sini adalah bakteri anaerob dan fakultatif anaerob. Kepadatan heterotrof dalam anaerobic disgeters mungkin sekitar 109 s.d 1010 sel/ml.
Bakteri autotrof berperan dalam proses pengolahan air limbah. Mereka mendapatkan karbon dari CO2 dan mendapatkan energi dari oksidasi senyawa anorganik yang ada dalam air atau yang dihasilkan dari dekomposisi nutrisi oleh heterotrof. Contoh substrat untuk bakteri autotrof yaitu ammonia, nitrit, H2S, unsur sulfur, dan gas H2.
Selain itu, di bawah kondisi aerobik, ammonia dihilangkan secara biologis dengan dua proses, ammonia dioksidasi ke nitrit dan nitrit dioksidasi ke nitrat. Kedua proses ini disebut nitrifikasi. Ada berbagai faktor dalam mengontrol nitrifikasi, yaitu suhu antara 25 o C sampai 30o C, pH berkisar antara 7,5 s.d 8,5, kelarutan oksigen dalam air sebesar 0,5 s.d 1,0 mg/L atau ppm, sensitivitas terhadap logam berat dan zat beracun lainnya, faktor operasional seperti MCRT atau waktu tinggal rata-rata sel, dan nitrifikasi serta denitrifikasi dalam flok yang sama.
Bakteri sulfur tidak berwarna merupakan bakteri aerob yang untuk mendapatkan energi harus mengoksidasi senyawa sulfur. Kebanyakan genera bakteri ini penting dalam pengolahan limbah cair seperti Thiobacillus, Thiotrix, dan Beggiatoa.
Bakteri Iron atau besi biasanya ditemukan dalam air yang berisi besi. Pertumbuhannya dikarakterisasi oleh lapisan besi atau senyawa mangan yang bertumpuk pada permukaan sel. Besi disimpan dalam material kapsul, dibungkus atau disimpan dalam bentuk tangkai yang mengelilingi sel.
Dalam lingkungan alam dan proses pengolahan air limbah, organisme autotrof dan heterotrof bekerjasama dalam membersihkan limbah. Beberapa organisme dapat mendegradasi makromolekul seperti selulosa atau protein dan yang lainnya mendegradasi produk yang dihasilkan dari aktivitas metabolitnya seperti glukosa dan asam amino.  Ada juga beberapa organisme yang mendegradasi zat tunggal atau yang biasa disebut ko-metabolisme. Berbagai interaksi mikroba dapat dimengerti dalam konteks biosiklus zat. Contohnya pada siklus karbon, siklus nitrogen, fiksasi nitrogen, siklus sulfur, dan korosi.
Fotosintesis dilakukan oleh alga dan empat grup bakteri yaitu bakteri ungu sulfur, bakteri ungu nonsulfur, bakteri hijau, dan cyanobacteria. Tanaman, alga, dan cyanobacteria melakukan fotosintesis oksigenik di mana air digunakan sebagai donor elektron dan oksigen diproduksi. Aktivitas fotosintesis organisme ini penting dalam pengolahan air limbah termasuk kolam aerobik dan fakultatif.
Bakteri sulfur ungu tumbuh terbatas di zona anaerob danau, kolam, atau mata air sufur dimana sulfida disediakan oleh reduksi sulfat dalam sedimen di bawahnya. Bakteri ungu nonsulfur tidak bisa menggunakan sulfur sebagai donor elektron karena sulfida bersifat toksik terhadapnya. Bakteri hijau bersifat fototrof obligat dan anaerob. Cyanobacteria atau alga hijau-biru banyak tersebar di dalam tanah dan lingkungan air. Mereka berfotosintesis dan menghasilkan O2. Alga banyak menghasilkan O2 dalam air selama berfotosintesis.
Kolam dan cekungan  yang stabili dapat digunakan untuk pengolahan air limbah. Ini merupakan metode umum yang dilakukan di negara berkembang. Jenis kolamnya yaitu kolam alga aerobik, kolam fakultatif, dan kolam anaerobik.
Alga dan cyanobacteria menyediakan oksigen untuk pembersihan BOD dalam kolam aerobik. Kedalaman kolamnya biasanya 0,5 meter agar sinar matahari bisa terus berpenetrasi hingga ke dasar kolam. Kolam aerobik sebaiknya diaduk secara periodik untuk mencegah stratifikasi panas. Tanpa perlakuan primer ini, padatan akan mengendap di bawah dan menciptakan zona anaerobik. Kolam fakultatif memiliki kedalaman antara 1 hingga 2,5 meter. Saat stratifikasi panas terjadi, lapisan atas bersifat aerobik dan lapisan bawah bersifat anaerobik. Limbah padat di bawah kolom akan dicerna secara anaerobik dan membebaskan metana dan produk anaerobik lainnya ke lapisan aerobik.
Kolam anaerobik memiliki kedalaman yang bervariasi antara 1 hingga 8 meter. Kolam ini dapat bersifat anaerobik jika pengaruh BOD melebihi produksi O2 dari fotosintesis. Kolam ini digunakan untuk pretreatment dan partikuler untuk suhu tinggi atau air limbah berkekuatan tinggi. Penggunaan hasil pretratment anaerobik  adalah untuk mengurangi akumulasi lumpur dalam cekungan berikutnya. Ada acara alternatif yaitu untuk resirkulasi effluen kembali ke kolam anaerobik. Memompa air limbah yang sudah didaur ulang ke permukaan dapat membantu dalam membangun zona aerobik.

Referensi :

Gerardi, Michael H. 1994. Wastewater Biology : The Life Processes. Alexandria (USA) :Water Environment Federation.