Dalam uji Meyer didapatkan adanya
endapan di dasar tabung reaksi, namun jumlahnya sangat sedikit. Hal ini
diakibatkan dari daun yang kami gunakan jumlahnya sedikit sedangkan pelarutnya
ditambahkan dalam jumlah banyak. Hal ini menunjukkan hasil yang positif,
endapan yang terbentuk jumlahnya sedikit sehingga mendapat nilai +1 untuk uji
Meyer ini. Endapan yang terbentuk tidak jelas warnanya karena jumlahnya yang
terlalu sedikit. Pada modul praktikum, uji Meyer menjadi positif apabila
terdapatnya endapan kuning muda dibagian dasar tabung, hal itu menunjukkan
adanya kandungan senyawa-senyawa alkaloid yang terdapat dalam daun-daun yang
diuji tersebut.
Sebaliknya pada uji Dragendorff, hasil positif jika
didapatkan endapan berwarna jingga. Dalam
percobaan kami dalam uji
Dragendorff didapatkan sedikit endapan di dasar tabung reaksi. Akan tetapi,
warna endapan tidak begitu jelas karena jumlahnya yang terlalu sedikit. Sehingga
didapat nilai +1 dalam uji dragendorff pada percobaan ini. Hal ini menunjukkan
adanya bukti bahwa terdapat senyawa alkaloid di dalam daun tersebut.
Pada
percobaan uji KLT didapat tiga buah nilai jarak noda ke batas bawah pelat. Dari
ketiga jarak tadi didapatkan tiga buah nilai Rf yaitu 0,775 - 0,475 - 0,225.
Dari hasil uji KLT didapatkan bahwa ada 3 buah senyawa yang mempunyai 3 jenis
kepolaran yang berbeda. Senyawa dengan Rf
0,775 mempunyai sifat non polar, sehingga senyawa tersebut ikut terbawa
oleh eluen kloroform yang bersifat non polar. Sedangkan untuk senyawa dengan Rf
0,475 mempunyai sifat agak polar,
sehingga jarak noda jauh dari batas atas pelat KLT. Untuk senyawa ketiga
mempunyai sifat polar, hal ini dikarenakan senyawa ketiga tertahan dengan pelat
KLT yang mempunyai sifat polar. Hal ini mengakibatkan senyawa hanya mempunyai
Rf yang nilainya kecil.
Pada
saat ekstraksi alkaloid dari daun jambu digunakan asam sulfat, hal ini
bertujuan untuk memisahkan antara senyawa alkaloid basa dengan senyawa organik
lainnya berdasarkan sifat alkaloid. Alkaloid bersifat basa dengan adanya gugus
nitrogen yang mempunyai 2 elektron bebas. Sehingga kalau ditambahkan suatu asam,
dalam percobaan ini adalah asam sulfat, maka akan terjadi reaksi antara
alkaloid basa dan asam sulfat dengan membentuk garam dan produk sekunder berupa
air. Sehingga didapatkan dua fasa dalam tabung reaksi, yaitu fasa polar dengan
fasa non polar. Fasa polarnya adalah air dan fasa non polarnya merupaka larutan
kloroform. Dalam percobaan ini yang diambil adalah lapisan air karena dalam air
itu terlarut garam hasil reaksi antara senyawa alkaloid basa dengan asam
sulfat.
Alkaloid
mempunyai dua jenis, yaitu alkaloid asam dan alkaloid basa. Alkaloid yang
terlarut dalam air pada tabung reaksi disebut alkaloid basa, karena mampu
bereaksi dengan suatu asam membentuk suatu garam yang selanjutnya larut dalam
air. Untuk alkaloid basa, nantinya akan diuji dengan uji Meyer dan Dragendorff.
Sedangkan alkaloid asam tidak bereaksi dengan asam sehingga alkaloid ini masih
terlarut dalam fase non polar, yang selanjutnya diuji dengan uji pelat KLT.
Senyawa
alkaloid mempunyai kemampuan untuk bereaksi dalam uji Meyer dan Dragendorff, hal
itu dikarenakan dalam senyawa alkaloid
terdapat gugus nitrogen yang masih memiliki satu pasang elektron bebas yang
menyebabkan senyawa-senyawa alkaloid bersifat nukleofilik dan cenderung bersifat
basa. Akibat dari hal itu, senyawa-senyawa alkaloid mampu untuk mengikat
ion-ion logam berat yang bermuatan positif dan membentuk senyawa-senyawa
kompleks tertentu yang berwarna. Reagen Meyer dan Dragendorff dibuat dari
senyawa yang mengandung ion-ion logam berat.
Reaksi
antara reagen Meyer atau Dragendorff dengan suatu senyawa alkaloid merupakan
reaksi asam-basa. Logam-logam berat dalam reaksi ini berfungsi sebagai asam
lewis, sedangkan senyawa alkaloid bertindak sebagai basa lewis. Logam-logam
berat dikatakan asam lewis karena mempunyai sifat untuk menerima elektron dari
suatu basa lewis. Alkaloid bertindak sebagai basa karena mempunyai 2 buah
elektron yang belum berikatan sehingga mempunyai kemampuan untuk mendonorkan
pasangan elektronnya.
Kolom Ilmu
Pengetahuan
Jambu Batu / Biji
Kami menggunakan daun jambu batu / biji dalam uji KLT, Uji
Meyer dan uji Dragendorf. Jambu batu (Guava, psidium guajava linn)
sendiri berasal dari Amerika Tengah. Jambu
batu dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Jambu ini umumnya
ditanam di pekarangan dan di ladang-ladang.
Diantara berbagai jenis buah, jambu biji mengandung
vitamin C yang paling tinggi dan cukup mengandung vitamin A. Dibanding
buah-buahan lainnya seperti jeruk manis yang mempunyai kandungan vitamin C 49 mg/100 gram bahan,
kandungan vitamin C jambu biji 2 kali
lipat. Vitamin C ini sangat baik sebagai zat
antioksidan. Sebagian besar vitamin C jambu biji terkonsentrasi pada
kulit dan daging bagian luarnya yang lunak dan tebal. Kandungan vitamin C jambu
biji mencapai puncaknya menjelang matang.
Selain penyedia vitamin C terbanyak, jambu biji juga mengandung banyak
serat, khususnya pectin (serat larut air), yang dapat digunakan untuk bahan
pembuat gel atau jeli. Manfaat pectin lainnya adalah untuk menurunkan
kolesterol yaitu mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh dan membantu
pengeluarannya.
Kandungan
gizi dalam 100 gram jambu biji diberikan
pada tabel berikut ini:
Kandungan
|
Jumlah
|
Kandungan
|
Jumlah
|
Energi
|
49,00 kal
|
Vitamin A
|
25 SI
|
Protein
|
0,90 gr
|
Vitamin B1
|
0,05 mg
|
Lemak
|
0,30 gr
|
Vitamin B2
|
0,04 mg
|
Karbohidrat
|
12,20 gr
|
Vitamin C
|
87,00 mg
|
Kalsium
|
14,00 mg
|
Niacin
|
1,10 mg
|
Fosfor
|
28,00 mg
|
Serat
|
5,60 gr
|
Besi
|
1,10 mg
|
Air
|
86 gram
|
Bagian yg dapat dimakan
|
82 %
|
Sumber:
1.Dra. Emma S. Wirakusumah, MSc ( Buah dan sayur untuk
terapi)
2. Ditjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996
Jambu biji juga mengandung tannin, yang menimbulkan rasa
sepat pada buah tetapi juga berfungsi memperlancar sistem pencernaan, sirkulasi
darah, dan berguna untuk menyerang virus.
Jambu biji juga mengandung kalium yang berfungsi
meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur
pengiriman zat-zat gizi lainnya ke sel-sel tubuh, mengendalikan keseimbangan
cairan pada jaringan dan sel tubuh serta
menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida darah, serta menurunkan
tekanan darah tinggi (hipertensi).
Dalam jambu biji juga ditemukan likopen yaitu zat nirgizi
potensial lain selain serat. Likopen adalah karatenoid (pigmen penting dalam
tanaman) yang terdapat dalam darah (0,5 mol per liter darah) serta memiliki
aktivitas anti oksidan. Selain itu, jambu biji juga berkhasiat anti radang,
anti diare dan menghentikan pendarahan, misalnya pada penderita demam berdarah
dengue (DHF).