Jumat, 02 Maret 2012

Eksploitasi pelajar terbaik negeri

Masyarakat Barat Modern cenderung menganggap ilmu itu sebagai alat untuk mengetahui dan mengendalikan alam untuk diambil manfaatnya bagi keperluan hidup sehari-hari. Itu sebabnya masyarakat Barat sangat mendewakan teknologi karena teknologi merupakan alat yang efektif untuk mengendalikan alam. “Knowledge is power (ilmu itu kekuasaan)”, demikian kata Bacon, seorang pemikir sains Barat modern. Kekuasaan di sini bermakna kekuasaan untuk menguasai alam. Bahkan lebih dari itu, ilmu rupanya bukan saja menjadi alat untuk mengendalikan alam, melainkan untuk menguasai manusia juga. Misalnya, dengan ilmu sains dan teknologi militer yang canggih Amerika menakut-nakuti negara kecil yang lemah teknologinya.

Karena ilmu merupakan alat untuk berkuasa, orang Barat modern cenderung berusaha mempertahankan keunggulan ilmu yang mereka miliki. Mereka tidak mau begitu saja membagi ilmu mereka dengan pihak lain, kecuali jika mereka bisa mendapat keuntungan dari membagi ilmu tersebut. Contohnya bisa ditemukan di zaman penjajahan Belanda di Indonesia dulu. Orang-orang Belanda pada masa itu sangat takut jika ada orang-orang terpelajar lahir dari kalangan bangsa Indonesia. Sebab bila kalangan terpelajar ini banyak jumlahnya, tentunya mereka tidak bisa lagi dibodohi dan besar kemungkinan akan memberontak kepada pemerintah Hindia Belanda. Oleh karena itu mereka membatasi orang-orang pribumi tertentu saja yang boleh bersekolah. Orang-orang ini sengaja diberi kesempatan bersekolah bukan agar menjadi pintar, tapi untuk mendukung pemerintah Hindia Belanda. Tidak hanya Belanda, cara seperti ini adalah kebijakan khas bangsa-bangsa penjajah di manapun di masa itu.

Cara-cara semacam ini sebenarnya masih berlangsung hingga hari ini, hanya saja dalam bentuk yang sedikit berbeda. Saat ini banyak pelajar-pelajar dari negara berkembang datang ke pusat-pusat keilmuan di negara-negara maju di Eropa, Amerika, dan Jepang untuk menuntut ilmu. Pelajar-pelajar ini membantu riset-riset ilmiah di lembaga penelitian dan universitas setempat. Namun sebenarnya yang paling banyak menikmati hasilnya adalah bangsa bangsa maju itu sendiri. Berkat penelitian pelajar-pelajar ini sains dan teknologi di negeri mereka berkembang pesat.

Tak jarang para pelajar tersebut direkrut untuk bekerja permanen di negara Barat itu dengan iming-iming gaji tinggi. Ironisnya, bangsa-bangsa berkembang ini merasa bangga hanya karena pelajar-pelajar terbaik mereka turut berkiprah dalam penelitian sains dan teknologi di negara-negara maju. Padahal itu sama saja dengan menyerahkan aset terbaik mereka kepada negara-negara maju itu. Akibatnya, bangsa-bangsa maju ini semakin maju sedangkan bangsa-bangsa berkembang terus tertatih-tatih mengejar ketertinggalannya.
Semoga kita sadar dengan hal ini, berkarya untuk Indonesia
Sumber : unknown

1 komentar:

  1. Untuk menghindari kekhawatiran seperti tersebut diatas mari kita menghargai pelajar kita dengan tidak membedakan latar belakang,KKN, feodal, agama, suu,dll (harus objektif), bila tidak demikian maka hal hal yg disebutkan diatas tidak bisa di cegah.

    BalasHapus